Rabu, 21 Desember 2016

Gejala Penyakit Hipertiroid

Gejala Penyakit Hipertiroid.- Percepatan metabolisme akibat hipertiroidisme bisa menimbulkan berbagai macam gejala pada tubuh manusia. Beda orang bisa mengalami tingkat keparahan, jangkauan, dan frekuensi gejala yang berbeda-beda. Banyak sekali gejala yang bisa muncul, tapi Anda belum tentu mengalami seluruh tanda fisik dan gejala yang disebutkan di bawah ini, antara lain:
  • Kelenjar tiroid yang membesar akan menyebabkan terjadinya pembengkakan pada leher.
  • Palpitasi atau denyut jantung yang cepat dan/atau tidak beraturan.
  • Kulit yang hangat dan lembap.
  • Kedutan otot.
  • Tremor atau gemetaran.
  • Munculnya biduran (urtikaria) atau ruam.
  • Rambut rontok secara tidak merata.
  • Telapak tangan berwarna kemerahan.

Berikut ini adalah gejala-gejala yang biasanya terjadi pada penderita hipertiroidisme:
  • Berat badan turun tanpa alasan yang jelas.
  • Hiperaktif. Seseorang tidak akan bisa diam dan dipenuhi perasaan cemas.
  • Mudah marah dan emosional.
  • Insomnia atau kesulitan untuk tidur pada malam hari.
  • Berkeringat secara berlebihan dan sensitif terhadap suhu panas.
  • Dorongan untuk beraktivitas seksual menurun.
  • Kelemahan otot.
  • Lebih sering buang air kecil dan buang air besar.
  • Kemandulan.
  • Perubahan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, ringan, atau berhenti sekaligus pada wanita.
  • Bagi penderita diabetes, hipertiroidisme bisa menyebabkan rasa haus dan sangat lelah.
  • Awalnya gejala yang muncul mungkin bersifat ringan, tapi ketika kadar tiroksin dalam darah meningkat, gejala akan bertambah parah. Semua gejala di atas mungkin tidak hanya disebabkan oleh hipertiroidisme, tapi jika mengalaminya, lebih baik Anda memeriksakan diri untuk memastikan penyebab munculnya gejala tersebut.

Manfaat Teripang Untuk Hipertiroid

Kandungan gizi yang terdapat dalam ekstrak teripang emas ini diantaranya yaitu : protein 86,8%, kolagen 80,0%, kalsium, mineral, mukopolisakarida, glucasaminoglycans (GAGS), antiseptik alamiah, glucosamine dan chondroitin, saponin, omega 3, 6 dan 9, asam amino, lektin, gamapeptide, cell growth factor, vitamin dan mineral. Kandungan Gamapeptide yang ada pada teripang emas bermanfaat untuk mencegah inflamasi atau peradangan, mengurangi rasa sakit , 3x mempercepat penyembuhan luka, mengaktifkan pertumbuhan dan mengaktifkan sel sel, membuat kulit lebih muda dan meningkatkan kecantikan, menstabilkan emosi, memperkecil benjolan kista, dan untuk memperlancar sirkulasi darah. Didalam teripang emas juga mengandung 59 jenis asam lemak, 9 jenis karbohidrat, 19 jenis asam amino, 10 jenis mineral, 25 vitamin dan 5 jenis sterol yang kesemuanya diperlukan tubuh untuk membentuk sistem kekebalan tubuh, mencegah gondok / bengkak pada kelenjar tiroid, membantu masalah hipertiroidisme.
Menurut Dr. Muhilal, sebagai pakar gizi di Bogor Jawa Barat, Pasien penderita kista tiroid membutuhkan vitamin, mineral dan asupan antitiroid alami. Vitamin dan Mineral yang terkandung didalam teripang emas berfungsi untuk membantu kelancaran sekresi hormon, peningkat kekebalan tubuh, juga membersihkan racun di ginjal yang menghambat keseimbangan hormon tiroid dalam darah.

Pemeriksaan Diagnostik Yang Perlu Dilakukan Pada Hipertiroid

Alat skrining yang paling baik untuk menilai fungsi tiroid adalah kadar TSH di dalam darah. Kadar TSH darah biasanya rendah atau bahkan tidak terdeteksi pada penderita hipertiroid (<0.05 µIU/ml). Pemeriksaan antibodi yang paling spesifik untuk penyakit tiroiditis autoimun adalah enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk pemeriksaan antibodi anti-TPO. Hipertiroid pada penderita lanjut usia sering ditemukan kelainan irama jantung. Elektrokardiografi (EKG) disarankan bila dicurigai ada kelainan jantung.
Pengukuran kadar TSH dan hormon tiroid darah.
Walaupun pengukuran kadar TSH darah merupakan alat skrining yang paling baik dalam menilai fungsi tiroid, namun tingkat keparahan dari hipertiroid kurang dapat dinilai berdasarkan pemeriksaan ini; kadar hormon tiroid darah juga perlu diukur. Hormon tiroid bersirkulasi di dalam darah dalam bentuk T3 dan T4, dengan 99% terikat dengan protein. Walaupun demikian hanya hormon tiroid yang tidak berikatan dengan protein yang aktif secara biologis. Pada penderita hipertiroid ditemukan hanya 5% kadar T3 yang tinggi, sehingga pengukuran T4 bebas dan T3 darah perlu dilakukan pada penderita yang dicurigai terdapat hipertiroid dengan kadar TSH yang rendah.
Hipertiroid subklinis adalah kondisi kadar TSH rendah dengan kadar hormon tiroid dalam batas normal.
Pemeriksaan antibodi anti-TPO, TSI, dan anti-Tg.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemeriksaan antibodi yang paling spesifik untuk penyakit tiroiditis autoimun adalah pemeriksaan ELISA untuk antibodi anti-TPO. Kadar antibodi tersebut biasanya meningkat secara bermakna pada hampir seluruh penderita hipertiroid, penyakit Graves’, kecuali pada penyakit Plummer dan adenoma toksik. Namun, pada orang sehat yang tidak menderita penyakit tiroid juga dapat ditemukan antibodi anti-TPO yang positif, sehingga pemeriksaan ini kurang baik untuk dilakukan sebagai alat skrining.
Kadar TSI yang tinggi juga dapat membantu mengakkan diagnosa penyakit Graves’. Hasil antibodi anti-Tg yang positif tidak dapat memprediksi terjadinya penyakit tiroid, sehingga pemeriksaan ini tidak disarankan untuk rutin dilakukan pada penderita hipertiroid.
Sidik tiroid/Scintigraphy
Selain pemeriksaan klinis dan hasil laboratorium, sidik tiroid juga perlu dilakukan pada penderita hipertiroid untuk mengatahui nilai tangkap tiroid terhadap iodium. Nilai tangkap ini akan meningkat pada penderita penyakit Graves’ dan penyakit Plummer. I-123 dan Technetium-99m (Tc-99m) dapat digunakan untuk pemeriksaan sidik tiroid ini, yang akan memberikan informasi selain mengenai bentuk anatomi dari kelenjar tiroid (pembesaran difus atau nodular) tapi juga dapat membantu dalam mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya kemungkinan suatu hipertiroid berdasarkan kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap iodium.
Penyakit Graves’ biasanya disertai dengan pembesaran kedua lobi tiroid dengan peningkatan nilai tangkap. Adenoma toksik akan memberikan gambaran nodule “panas” tunggal dengan fungsi yang menurun pada jaringan tiroid di sekitarnya. Penyakit Plummer memberikan gambaran pembesaran kelenjar tiroid dengan beberapa nodul dan penangkapan radiofarmaka yang bervariasi. Tiroiditis subakut biasanya memberikan gambaran penangkapan radiofarmaka yang sangat rendah. (lihat gambar).
Bila ditemukan nodul tiroid pada pemeriksaan fisik penderita hipertiroid, maka perlu dilakukan sidik tiroid untuk mengkonfirmasi apakah nodul tersebut hiperfungsi atau tidak. Bila ditemukan nodul “dingin”, maka perlu dilakukan biopsi untuk menyingkirkan kemungkinan adanya suatu keganasan

Penyebab Hipertiroid

Berbagai kondisi dapat menjadi penyebab hipertiroid. Penyakit yang paling sering menyebabkan hipertiroidisme adalah penyakit Graves (penyakit autoimun), di mana tubuh membuat antibodi yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang menyebabkan kelenjar tiroid memproduksi terlalu banyak hormon tiroid. Penyakit Graves ada kaitannya dengan keluarga dan lebih sering ditemukan pada wanita. Penyakit Hipertiroid juga bisa disebabkan oleh gondok beracun atau multinodular goiter (toxic goiter), yang merupakan benjolan atau nodul di kelenjar tiroid yang menyebabkan tiroid memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang berlebihan.
Selain itu, radang kelenjar tiroid yang disebut tiroiditis akibat virus atau masalah dengan sistem kekebalan tubuh juga bisa menjadi penyebab hipertiroid sementara. Selain itu, beberapa orang yang mengkonsumsi terlalu banyak yodium (baik dari makanan atau suplemen) atau yang mengambil obat yang mengandung yodium (seperti amiodarone) dapat menyebabkan kelenjar tiroid terlalu banyak menghasilkan hormon tiroid. Penyebab lain hipertiroid meliputi: Tumor ovarium atau testis dan tumor jinak dari kelenjar tiroid atau hipofisis